Ngobrol Pintar (NgoPi)
Imasika St. Thomas Aquinas merupakan program kerja dari divisi Humas dan
Informasi (HI). NgoPi merupakan suatu agenda yang memberikan ruang untuk berdiskusi bersama
keluarga besar Imasika St. Thomas Aquinas dengan mengangkat tema tertentu. Tujuan
diadakannya NgoPi ini ialah untuk menambah wawasan keluarga besar Imasika St. Thomas
Aqinas dalam aspek tertentu.
Agenda NgoPi Imasika
St. Thomas Aquinas yang pertama untuk periode kepengurusan 2019/2020, diadakan
pada Senin (20/01/2020) dengan pembawa materi Frater Rupinus Kehi selaku frater
pedamping Imasika St. Thomas Aquinas periode 2019/2020. Topik pembahasan yang
diangkat yaitu “Membangun Pikiran, Tubuh dan Jiwa dalam Kristus.” Pada NgoPi
kali ini, Frater Kehi memberikan sebuah bacaan materi mengenai ajaran Gereja
yang berkaitan dengan pikiran, tubuh, dan jiwa. Bacaan yang pertama adalah Pengajaran
Resmi Gereja Katolik tentang manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa (KGK
362:367) dan bacaan yang kedua berisi tentang keselamatan adalah suatu tujuan.
Dalam sesi tanya jawab dan sharing antara peserta dan pemateri terdapat
beberapa hal yang manjadi pembicaraan.
“Membangun Pikiran, Tubuh, dan Jiwa dalam Kristus”
Di dalam pergumulan
hidup, sering kali kita merasakan kekeringan rohani, terombang-ambing, dan melupakan
tujuan akhir hidup kita. Sebenarnya apakah yang terjadi pada diri kita?
Untuk dapat mencapai
tujuan akhir hidup kita, maka kita memerlukan sebuah “peta”. Apakah “peta” yang
dimaksud adalah Kitab Suci selaku pedoman hidup kita? Jika iya, mengapa ketika
kita sudah mencoba untuk mengikuti “peta” tersebut, seringkali kita masih
kehilangan arah? Tujuan hidup sebagai orang Katolik adalah untuk kembali kepada
Allah. Allah adalah satu-satunya tujuan akhir (final goal) hidup kita. Namun
saat ini, kita masih hidup di dunia.
Setiap umat beriman pasti
sudah mengetahui dan memahami bahwa Kitab Suci adalah “peta” kita. Namun
sayangnya, manusia masih sering tersesat, mencari jalan lain atau jalan pintas,
ataupun terpengaruh dengan hal-hal yang seharusnya tidak diikuti. Apakah
manusia tidak mengetahui mana jalan yang baik dan benar? Sebenarnya mereka
tahu. Namun, mengapa hidup mereka masih terombang ambing? Karena mereka tidak memiliki
pendirian, jiwa dan badan mereka masih tidak sinkron.
Bagaimana caranya agar
hidup kita tidak terombang ambing? Jawabannya yaitu, sinkronkan tubuh dan jiwa
kita. Sederhananya, tubuh atau badan kita harus mengarah kepada kebaikan (good)
dan jiwa kita harus mengarah pada kebenaran (truth). Namun dalam
kenyataanya, kita lebih cenderung menyukai suatu kebaikan (good),
padahal kita mengetahui bahwa kebenaranya salah. Sebab yang baik itu belum
tentu benar, namun yang benar pasti baik. Maka kesimpulannya yaitu, kita harus
mengikuti kebenaran yang sudah pasti baik.
Jika sebagai orang Katolik,
keselamatan adalah tujuan hidup kita, mengapa masih ada sebagian orang-orang
yang jatuh ke dalam dosa? Apakah dari dalam pribadi mereka belum mengetahui
bagaimana cara hidup yang berkenan di mata Tuhan? Lalu, apakah mereka yang
sudah berbuat sesuai dengan ajaran Katolik pasti mendapatkan keselamatan? Dosa merupakan
bagian dari hidup semua manusia. Justru, hal yang paling berbahaya dari orang Katolik
adalah ketika ia tidak merasa berdosa. Setiap hari manusia melakukan dosa, baik
disadari maupun tanpa disadari, baik kecil maupun besar. Namun orang Katolik
yang baik adalah mereka yang sadar akan dosa mereka dan terus mencoba untuk
bertobat dan kembali pada Tuhan.
Sejatinya, ada tiga
aspek di dalam diri kita: roh, jiwa, dan tubuh. Bagaimana caranya agar bagian roh, jiwa, dan tubuh ini dapat menjadi
potensi untuk memahami dan berhubungan dengan Allah? Tubuh dan jiwa kita
merupakan suatu kesatuan. Ketika indung telur bersatu dengan roh, itu merupakan
pemberian dari Allah. Selama kita masih hidup, roh akan bersatu dalam jiwa dan tubuh
kita. Sebenarnya, potensinya sudah ada dan kita bahkan sudah mengetahuinya. Namun
permasalahannya yaitu, apakah kita mau mengikutinya atau tidak? Ingat, tubuh mempunyai
kehendak (will), atau biasa disebut sebagai keinginan atau hawa nafsu. Tidak
semua nafsu itu buruk, asalkan berada dalam waktu dan situasi yang tepat.
Bagaimana caranya untuk
mengetahui tujuan kita? Tujuan utama kita adalah Allah. Kristus adalah contoh
manusia yang sempurna, bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena Dia taat. Segala
pergulatan, pergumulan hawa nafsu, dan keserakahan telah Dia lalui, tetapi Dia berhasil
melawan itu semua dengan ketaatan.
Jiwa rohani kita
diciptakan secara langsung oleh Allah, bukan dihasilkan dari orang tua kita. Tetapi
yang sering kita temui saat ini, kerohanian seseorang biasanya ditentukan oleh kedua
orang tuanya sejak lahir, namun ada kemungkinan untuk berubah ketika ia sudah dapat
memilih. Kerohanian yang dimaksud di sini adalah agama anak tersebut. Jika
sesuai dengan pernyataan itu, maka setiap anak yang terlahir dari pasangan
Kristen akan memiliki jiwa rohani Kristiani dari Yesus Kristus, apapun agama
yang ditentukan orang tua mereka kepada anak tersebut. Jiwa rohani tidak bisa
mati, ia hanya akan terpisah dari tubuhnya dan bersatu dengan tubuh baru pada
saat kebangkitan.
Di akhirat nanti, tugas
kita hanyalah bernyanyi dan menyuarakan lagu pujian. Ketika kita berada di sana,
tubuh kita sudah tidak lagi berwujud seperti saat ini. Bentuknya bisa saja tetap,
akan tetapi wujudnya akan seperti bentuk yang disegarkan kembali.
Tuhan tidak menciptakan
agama. Saat penciptaan, Allah menghembuskan roh nafas kehidupan kepada Adam.
Oleh sebab itu, jiwa dan badan dapat berkembang sesuai lingkungan, namun pada
dasarnya roh itu akan selalu mengarah kepada kebaikan (sebagai sebuah konsep),
tidak peduli seseorang dibesarkan oleh orang tua yang seperti apapun. Satu hal
yang jelas, setiap orang tua pasti akan mengajarkan kebaikan kepada anaknya. Setelah
anak tersebut beranjak dewasa dan berinteraksi, maka ia akan menemukan banyak
kebenaran-kebenaran baru sehingga ia dihadapkan pada berbagai pilihan. Tetapi
di dalam diri manusia yang terdalam, ada satu roh yang selalu mengarahkan
manusia untuk menuju Allah. Sekarang tinggal kembali kepada manusia tersebut,
apakah ingin mengikuti kehendak Allah atau tidak, hal ini merupakan kebebasan
manusiawi.
Berdasarkan teori St.
Thomas, di surga, kita hanya akan melihat Allah dan sekumpulan malaikat yang
bernyanyi. Kita juga akan ikut bernyanyi. Apakah teori ini benar atau tidak,
namun teori ini telah menjadi dogma. Satu hal yang jelas, di surga kita pasti akan
memandang wajah Allah, hal ini telah dinyatakan di dalam kitab Wahyu. Masalah
bentuk tidak akan berubah, namun formanya yang berubah, atau dalam bahasa
sederhananya: manusia hidup dan berbentuk sempurna seperti Allah karena kita
tercipta secitra dengan Allah.
Sebagai pengikut
Kristus, kita harus membangun pola pikir, tubuh, dan jiwa kita berlandaskan iman
dan ajaran yang Kristus berikan. Namun dewasa ini, sering terjadi begitu banyak
penyimpangan yang terjadi di tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sehingga
kebanyakan manusia tidak berusaha untuk mencapai tujuan akhir mereka (keselamatan),
hanya berfokus untuk memenuhi kepuasan duniawi saja, baik itu individu maupun
kelompok. Sebagai kaum muda gereja, bagaimana langkah yang tepat untuk
menyikapi hal ini? Bagaimana caranya untuk memadukan keselarasan dalam kemajuan
IPTEK dan agama? Karena sejatinya, semakin maju zaman, perspektif dan ilmu yang
kita dapat senantiasa berubah. Contohnya, apa yang agama ajarkan bisa saja
bertolak belakang dengan fakta ilmiah yang ada.
Teknologi diciptakan
untuk membantu manusia, namun terkadang manusia menyalahgunakannya. Seperti
tema paskah tahun lalu: “Bijak Berteknologi”. Kebijaksanaan perlu dilatih. Diskusi
NgoPi seperti ini merupakan satu di antara cara untuk melatih kebijaksanaan agar
kita selalu tertuju kepada Allah. Di sisi lain, jika tidak ada teknologi, maka
diskusi ini sama dengan nol.
Membangun pikiran,
tubuh, dan jiwa dalam kristus. Tuhan selalu berada di dalam diri kita, yaitu di
dalam roh yang ia berikan. Dia selalu berbisik kepada kita tentang kebenaran. Oleh
karena itu kita harus menyinkronkan diri kita dengan bisikan kebenaran
tersebut. Sudah cukup kita menyimpang dari jalan Allah, mulai sekarang kita
harus membangun tubuh kita sejajar dengan jiwa yang mengarah kepada Allah.
Sebenarnya hal itu tidak susah, namun terkadang kita bersikap keras kepala.
Jangan banyak berdebat pada kebenaran, lakukanlah yang baik dan tolaklah yang
buruk!
God bless you 😇
Tidak ada komentar:
Posting Komentar